Laman

Rabu, 23 Juni 2010

Fenomena Luna Maya-Ariel-Cut Tari di Mata Filsuf Kacangan

Hello Brur and Zus, gila bener tuch artis-artis kita. Kurang apa lagi mereka ini? Uang gepokan, rumah mentereng, mobil ngejreng, popularitas oke. Aku pikir, mereka itu kurang deket ama Tuhan, ama lingkungan plus ama diri sendiri. Ceilee, kaya ustad aja ya aku ngomong. tapi emang benul eh..betul. Coba aja brur and zus buka bukunya si Gabriel Marcel "Human Dignity", dia bilang bahwa manusia modern bukan hanya terasing dari Tuhan dan lingkungannya, tapi dia juga teralienasi dari dirinya sendiri. Manusia modern menemukan dirinya dalam keadaan gersang seperti di gurun pasir yang tandus. Demi untuk keluar dari kegersangan hidupnya, manusia modern terjun ke dunia eskapisme alias dunia pelarian yang justru menambah masalah bagi dirinya. Dunia eskapisme ini tidak membuat kegersangan hidupnya jadi hilang, namun justeru masalah yang dia hadapi makin bersayap, contohnya menjadi pecandu narkoba, eksibisionisme seks kayak mereka itu. Jika keadaan ini tak juga berubah, maka manusia modern ini akan terjebak dalam syndrom "Hamlet Complex", yakni masalah demi masalah datang silih berganti, semakin bertumpuk namun tak ada jalan keluar. Repooot tenaan dech pokoknya.

Nach, Trio selebritis tadi seharusnya jangan dicaci maki atas kelakuannya, justeru kita harus kasihan. bukan dikasihani kayak orang dipinggir jalan yang menengadahkan tangannya, " Kasihani...saya...pak..! udah 3 hari belum makan paak...! Tapi kita kasihan karena mereka selama ini menjalin hubungan dan relasi terhadap sesamanya, terhadap penggemarnya tidak membuat mereka semakin kaya batin dan subur jiwanya. Hubungan dan relasi antar manusia yang dijalin oleh manusia modern termasuk mereka bertiga ini, tidak menyentuh 3 asfek yakni disponibility, Engagement dan fidelity. Aku berhubungan dengan engkau karena engkau adalah penggemarku. Aku berkomunikasi dengan engkau karena engkau berfungsi sebagai pembeli kasetku, penonton acara "Dahsyatku", penggemar sinetronku. Aku adalah subyek dan engkau adalah obyek bagiku. Ketika engkau-engkau hilang dari mataku, maka aku kembali menemukan diriku begitu gersang dan kering. Berapapun frekwensi aku berhubungan dengan engkau dan berapa juta banyaknya engkau-engkau yang menjadi penggemarku, semuanya tidak ada yang membekas dan menghilangkan ketandusanku.

Dalam kehidupan dan karierku tak pernah aku menemukan orang yang aku anggap subyek, begitu pula mereka yang berhubungan denganku tak pernah menganggapku sebagai subyek. aku berhubungan dengan engkau sebatas engkau memberi manfaat bagiku. Aku tak pernah hadir [disponibility] ketika engkau memanggil, begitu juga engkau tak pernah tampil ketika aku memanggilmu. Aku tak peduli dengan engkau karena engkau tak pernah melibatkan diri [engagement] dengan aku. Engkau pun begitu, tak pernah mengerti akan celakaku, untungku. Aku pun tak pernah kehilangan ketika engkau tak ada dihadapanku. Bahkan kematian engkau tak akan berarti apa-apa bagiku. Engkau pun tak pernah mengatakan bahwa kematian bukanlah hal yang harus ditakutkan, tapi kematian dari kesetiaan [fidelity] merupakan momok yang sangat menakutkan.

Dengan demikian, manusia modern termasuk Trio selebritis yang lagi trend sekarang ini, telah dan sedang mengalami kehilangan 3 aspek vital kehidupan yakni disponibility, engagement dan fidelity. Terlebih lagi mereka sudah dirasuki oleh budaya hidup kebarat-baratan yang meracuni dirinya. Pof. Dr. Amien Rais menyebutnya sebagai "westoxication" [keracunan budaya barat] seperti terungkap dalam bukunya "Islam, Antara Cita dan Fakta". Semoga kita sebagai generasi muda yang potensial tak goyah keimanan dan prinsif hidup yang mulia, demi menggapai cita-cita dan harapan yang didambakan. Amien. Sebuah semboyan dari Mohandas Karamchand Gandhi, seorang pejuang tanpa kekerasan [Ahimsa] dari India patut kita renungkan, "For A Fighting of a nation [an ideal], there1s no journey`s end". Untuk menggapai sebuah cita-cita yang tinggi, senantiasa ada jalan yang terbentang luas. 23/06/2010.

Senin, 21 Juni 2010

Trik dan Tips Memilih Jurusan Atau Fakultas Di Perguruan Tinggi Negeri


Hello Bro and Zus, aku tuch dulu waktu mo ikutan Sipenmaru [sekarang namanya UMPTN] dapet trik dari guru matematika gue namanya pak Sunarto, biar keterima di PTN yang bonafid. Alhamdulillah trik itu ternyata jitu, aku tuch keterima di 2 PTN plus IAIN. mulanya sich bingunk, abis 2 PTN tadi sama2 favorit. Siapa sich yang gak tahu UGM ama UNPAD. 2-2 nya keren coy..! ditambah lagi di IAIN pun keterima, tapi gak masalah soalnya aku fokus ama 2PTN tadi. setelah mohon petunjuk dari Alloh SWT plus rembugan ama bokap en nyokap, akhirnya kuputuskan ambil yang UGM aja. Selain iklim belajar di Yogya yang kondusif juga konon katanya biaya hidup di kota gudeg itu murah-meriah.

Nach, trik yang ogut dapet dari guru matematika-ku itu begini:
Satu, catet di agenda atau buku harian kita, jurusan atau fakultas apa yang paling kita minati. minimal kita catet 5 jurusan atau fakultas.

Kedua, klasifikasikan berdasar urutan prioritas utama, kedua, ketiga, dst.

Ketiga, pilih jurusan atau fakultas yang kita catet tadi yang jumlah peminatnya fluktuatif atau naik-turun setiap tahunnya secara signifikan. contoh kalau 2 tahun yang lalu jurusan atau fakultas tersebut peminatnya 1.000 orang yang daftar, setahun kemudian jadi 1500 orang, maka tahun sekarang peminatnya turun lagi. itulah yang kita pilih.

keempat, kalo masih susah juga nentuin, pilih jurusan yang sepi peminatnya dari tahun ke tahun tapi prosfeknya bagus. Soalnya kagak mungkin jurusan atau fakultas itu diadakan kalo susah buat cari kerja. sesepi-sepinya fakultas atau jurusan tersebut diminati, kalo itu berasal dari PTN yang bonafid, urusan cari kerja kagak bakalan susah nantinya. lagi pula biar jurusan atau fakultas di PTN tersebut sepi penggemarnya, niat numpang keren di PTN bonafid tersebut juga boleh. udah ya ngantuk. besok aku kasih tips gimana ngatur uang bulanan dari ortu juga milih tempat kost-an yang murah tapi sekali-kali bisa makan gratis. oke coy. 21/06/2010.